DAKWAH JALAN KAMI
Saatnya Kata Melangitkan Cita
Merencanakan Masa Depan
To be - To Do - To Have Febby Alianti Putri Masa depan itu selalu identik dengan mimpi. Mimpi kecil yang diisi oleh harapan-harapan. Sedangkan harapan-harapan itu dimulai dari sebuah keinginan. Banyak orang yang sukses karena mimpi-mimpi kecilnya. Tetapi banyak juga orang yang gagal karena mimpi-mimpi kecil itu. Jadi, dimana sih letak kesalahannya? Apa perbedaan antara dua hal ini yang membuat hasilnya bertolak belakang? Dalam merencanakan masa depan, kita memerlukan keseimbangan antara aksi dan tindakan. Bukan sembarang bermimpi atau merancang. Merencanakan masa depan sama halnya dengan merencanakan kehidupan. Seperti apakah kehidupan yang kita inginkan kelak? Apakah ingin tetap statis tanpa perkembangan? Atau bergerak maju sesuai dengan keinginan? Dan ya, sejatinya hidup ini terus memaksa kita untuk memilih. Tiada sesuatu yang kita rasakan tanpa mengorbankan hal yang lain. Banyak diantara orang-orang yang menjadikan masa depan sebagai tujuan dari hal – hal yang membuat dirinya terus maju. Ada alasan dibalik semangat dan usahanya. Dibalik tindakannya, ada motivasi yang terpancar untuk mewujudkan cita-cita yang selalu diidam-idamkannya sehingga rencana masa depannya tersusun jelas. Dreaming, Planning, Do It, and Take Your Responsibility, kalimat seperti ini sering kita jumpai dari berbagai macam sumber bacaan, benar? Kalimat ini memang sangat familiar dalam acara seminar yang bertajuk motivasi yang fungsinya untuk menginspirasi hadirin agar selalu bersemangat meraih mimpi, karena mimpi bukan sekadar imajinasi, tetapi langkah awal dari masa depan yang akan kita raih kelak. Dari kalimat di atas, saya akan ringkas menjadi tiga kata singkat, yakni : To be – To Do – To Have. To be. Dalam kamus bahasa inggris, kata ini artinya menjadi. Memikirkan posisi apa yang kita inginkan kelak. Bahasa sehari-harinya seperti ‘ingin jadi apa saya nanti?’. Misalnya, “Saya ingin jadi dokter”, “Saya ingin jadi pengusaha”, “Saya ingin kuliah di luar negeri”, dan lain sebagainya. Inilah deretan keinginan yang kita sebut dengan mimpi. Mimpi itu ibaratkan sketsa dari masa depan. Untuk merencanakan masa depan, kita harus menyusun mimpi terlebih dahulu. Menggambarkan keadaan kita seperti apa di kemudian hari. Ini merupakan tahap awal kita dalam melangkah ke gerbang perjuangan. Tetapi kendalanya, kita sering terganggu dengan suatu kondisi yang meramalkan bahwa kita tidak akan bisa mencapainya dengan berbagai alasan, seperti : keterbatasan ekonomi, kecerdasan, status dalam masyarakat, dan lain sebagainya yang membuat kita takut untuk melangkah. Hal-hal di atas menjadi faktor pembatas dan pertimbangan dalam menyusun mimpi. Padahal ini tentang masa depan yang akan kita jalankan. Mengapa masih ada keraguan dalam mencapainya? Saat kita mulai mempertimbangkan posisi, ekonomi, kecerdasan dan hal lain yang menjadi factor pembatas kita meraih mimpi, disitulah letak kekalahan sebenarnya. Kita kalah melawan diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa bersaing dengan orang lain jika bersahabat dengan diri sendiri tidak bisa? Kecerdasan, ekonomi, posisi bukan menjadi faktor penghalang. Dia akan terpenuhi dengan sendirinya jika kita sudah bisa mewujudkan mimpi itu. Jadi sebenarnya hal-hal di atas bukan menjadi faktor pembatas, melainkan dampak dari masa depan itu sendiri. Mengutip kalimat mutiara dari Soekarno yang berbunyi, “Bermimpilah setinggi langit. Jika Engkau jatuh, Engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”. Mimpi setinggi langit dalam konteks tersebut bukanlah berarti kita harus bermimpi diluar potensi kita. Kita juga harus sesuaikan potensi diri yang kita miliki dengan mimpi kita. Salah satu kegagalan seseorang ialah tidak mengenal dirinya sendiri. Apa yang membedakannya dengan orang lain? Potensi apa yang ia miliki? Sekurang-kurangnya dia mengetahui apa yang ia gemari. Barulah perencanaan itu dimulai. Saat kita mengetahui potensi diri kita sendiri, kembangkanlah potensi itu dengan bermimpi terlebih dahulu. Misalnya potensi kita menulis, maka kita bisa bermimpi tinggi menjadi penulis best seller terkenal yang karyanya dikenal oleh seluruh dunia. Mimpi tinggi yang kita rencanakan akan menyalurkan semangat pada diri kita sendiri. Tetapi hal yang salah jika mimpi tinggi itu diluar dari potensi kita, misalnya kita ingin jadi desainer terkenal sedangkan potensi kita adalah menulis bukan menggambar. Sebenarnya itulah maksud mimpi tinggi itu, bukan identik dengan takut atau diluar batas kemampuan, melainkan mimpi yang masih memiliki batas yaitu potensi kita. To do. Melakukan. Kunci dari kesuksesan adalah usaha dan disiplin. Dua hal ini menjadi tolak ukur teralisasinya masa depan kita. Berkaca pada orang-orang sukses yang namanya tersohor di seluruh dunia, tidak pernah ia menyebutkan kesuksesan yang ia raih dari kemalasannya. Berani bermimpi tetapi malas bertindak sama saja nihil. Tidak akan ada hasil yang diperoleh jika masih terus bermalas-malasan, menunda waktu,apalagi lalai. Tidak pernah ada kata lalai dalam kamus orang sukses. Kebanyakan manusia seperti itu. Sering mengumpulkan angan yang membuat ia resah sendiri jika angan itu tidak sampai hingga saat ini. Ia hanya sibuk menunggu, tanpa memberikan aksi nyata dalam keadaan untuk seimbang. Ada aksi – ada reaksi. Padahal usaha merupakan kunci dari kesuksesan. Kegigihannya dalam bertindak, semangatnya dalam meraih cita-cita salah satu perhitungan yang utama. Karena dari sinilah ada duka, suka, gundah, kecewa, bahagia, dan segala rasa akan terjadi. Setiap perjuangan yang kita lakukan tidak akan pernah mulus. Pasti ada likuan jalan untuk memperindahnya, sehingga orang yang resisten dan ingin bangkitlah yang mampu bertahan. To Have. Setelah perjuangan panjang yang ditempuh, pasti ada hasil yang diperoleh. Inilah hasil yang akan kita peroleh dari deretan peristiwa yang kita alami dalam merealisasikan masa depan. Banyak tantangan yang menahan emosi, ancaman yang membangkitkan semangat dan gangguan yang meneguhkan pendirian. Semua hal itu tidak lain adalah untuk membentuk karakter kita sendiri. Keteguhan, kemandirian, ketangguhan, kearifan adalah beberapa dari karakter yang dimiliki oleh banyak orang sukses. Karena tidak banyak yang mampu bertahan dengan mimpinya ketika melihat ada suatu hal yang menyulitkan usahanya. Padahal Allah Swt telah menerangkan dalam surah al insyirah 6-7 yang isinya “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. Nah, Allah sendiri yang mengatakan kalimat itu dalam kitab sucinya yang 100 % kebenarannya. Masih adakah keraguan untuk merancang masa depan? Sadarkah kita jika skenario Allah Swt memang sangat indah? Ia tidak pernah tidur saat menjaga kita. Setiap harapan yang kita inginkan akan disimpannya untuk dikeluarkan saat waktu yang tepat. Dan dalam waktu penantian itu, ia menginginkan usaha dan tawakkal kita untuk memantaskan diri bahwa kita siap untuk mempertanggung jawabkan impian itu. Kuncinya, hadirkan Allah dalam setiap perbuatan yang kita lakukan. Dengan begitu, usaha yang kita kerjakan akan terasa mudah dan kita tidak akan pernah takut untuk gagal dalam mewujudkan masa depan yang cerah. Ini bukan tulisan yang dibalut dengan karya sastra indah mempesona, melainkan karangan bebas dari penulis untuk melebarkan makna dari masa depan sesungguhnya. Dari batas paradigma penulis, mencoba untuk memberikan inspirasi kepada pembaca yang sedang ragu untuk meraih langkah.
0 Comments
|
ForstudiFPUNANDDakwahJalanKami ArchivesCategories |